ketidakwarasan ku

tak ada tempat untuk memberikan isyarat
tak ada pundak untuk merebahkan penat
tak ada punggung untuk mendaratkan sayap
tak ada jemari untuk memberikan hangat

semuanya lenyap
sesaat tapi untuk selamanya

kini rindu menyelimuti
tapi jarak begitu tak bertepi
pernah sebagai alasan terdahulu
sebelum semuanya kembali mereda
atau sebenarnya menganggap telah berlalu
karna usia yang mengaburkan segala

mengapa saat kehadiran begitu kentara
begitu juga waktu serasa bermakna
tapi perpisahan karna amarah selalu terberat
masih terpendam rangkaian emosi yang signifikan
tapi tak mampu terurai bahkan oleh pergantian zaman
dan begitu lekat sebuah memori tentang kesalahan
tak teruntai juga kenangan-kenangan bahagia
tapi tetap tak mampu menutup kehancuran

aku tak mau menunggu waktu menjawap
karna kutau setiap waktu yg kumiliki, aku bebas akan haknya
sekarang pun jika ku mau, aku mampu menggunakannya
hanya saja pilihanku berakhir tidak
aku ingin menyimpannya saja sampai di sini
apapun yang dikatakan pada dunia
bagaimanapun pemikiran yang terbentuk dunia
biarlah…biarlah saja…
karna aku lebih memilih ‘ketidakpedulian atas semua perkara’.

–magelang, 17 februari 2010–
–walaupun kau ungkapkan masih ada serpihanku yg tertinggal, tapi aku bergeming. dan walaupun masih ada serpihanmu yg tertinggal, tapi aku telah membuangnya…jauh–